Date/Time
Date(s) - 12/06/2017 - 13/06/2017
2:00 pm - 5:00 pm
Location
Tenganan Dangin Tukad
Categories
Read Mekare-kare in Tenganan Dauh Tukad here
Mengenakan pakaian adat madya (sarung, selendang dan ikat kepala) tanpa baju, dua orang pria muda nampak berdiri berhadap-hadapan. Dengan seikat daun pandan berduri di tangan kanan dan sebuah perisai rotan di tangan kiri, mereka nampak saling mengintai bersiap untuk menyerang. Seorang pria yang nampak lebih tua bertindak sebagai penengah atau wasit. Berdiri di tengah agak kepinggir mengawasi� dan siap memberi aba-aba pertanda pertarungan boleh dimulai. Disaksikan oleh banyak mata serta bunyi gamelan yang bertalu-talu sungguh memicu adrenalin kedua petarung. Maka ketika aba-aba pertanda pertandingan sudah dimulai, kedua pria itu pun mulai bergerak, mencari celah untuk mendaratkan pandan berduri itu ke badan lawan, sementara perisai rotan di tangan kiri aktif bergerak menghalau serangan lawan. Kedua petarung berusaha untuk merangkul sambil mengunci tangan lawan agar tidak leluasa bergerak dan melukai punggung dengan duri-duri daun pandan. Jika kedua petarung sudah dalam posisi berpelukan dan saling melukai punggung, maka pertandingan segera dihentikan oleh juru penengah. Kemudian juru penengah memanggil sepasang pria muda lainnya untuk datang ketengah arena dan melakukan perang pandan berikutnya.
Durasi setiap pertarungan perang pandan hanyalah sekitar semenit saja, karena tujuan pertandingan ini bukanlah untuk menang kalah, melainkan sebagai bagian dari ritual keagamaan yang telah berlangsung turun temurun di desa Tenganan, Kecamatan Manggis, Karangasem. Sebelum acara puncak dimulai para peserta berjalan mengelilingi desa untuk mohon keselamatan. Ritual ini merupakan sebuah bentuk penghormatan yang dipersembahkan kepada Dewa Indra yang dipercaya sebagai dewa perang selain untuk menghormati para leluhur pendahulu desa.
Mekare-kare sering disebut juga dengan Mageret Pandan merupakan bagian dari upacara Ngusaba Kapat atau Sasih Sembah yang dilangsungkan setahun sekali di bulan Juni. Prosesi ini berlangsung selama 2 hari dengan mengambil tempat di halaman balai desa dan dilaksanakan mulai sekitar jam 2 sore. Hanya para pemuda desa yang turut ambil bagian dalam ritual ini. Dengan mengenakan pakaian tradisional khas Tenganan yang terkenal dengan kain tenun pegringsingannya, para pemudi desa turut menyaksikan keriuhan ritual ini dari balik kerumunan para peserta.
Setelah prosesi ritual ini selesai, para peserta saling membantu untuk melulurkan ramuan obat tradisional ke punggung� masing-masing yang terluka terkena duri daun pandan. Ramuan ini dibuat dari bahan kunyit sebagai penangkal infeksi. Tak ada rasa dendam diantara mereka karena mereka tahu bahwa semua pertarungan adalah yadnya / persembahan untuk para dewa dan bukan merupakan pertandingan pribadi diantara mereka.
Desa Tenganan termasuk didalam wilayah kecamatan Manggis, kabupaten Karangasem. Sekitar� 51 km atau 2 jam perjalanan dengan mobil.